Monday, April 8, 2013

Ikan yang Hidup Setelah Tsunami Jepang

Benda teraneh dari tsunami Jepang 2011 yang datang ke pesisir Amerika Utara; ikan hidup.

Ikan ini, yang hidup di pantai Jepang dan Hawaii, terbawa menyeberangi Pasifik dalam perahu kecil sepanjang 5,5 meter. Dari lima ikan yang melalui perjalanan ini, satu berhasil hidup dan kini menghuni Seaside Aquarium di Oregon.
Ikan yang Hidup Setelah Tsumani Jepang

"Ikan-ikan ini bisa berasal dari perairan Jepang, atau mereka terangkut mendekat di pantai Hawaii," kata Allen Pleus, koordinator spesies laut yang menginvasi di Dinas Perikanan dan Hewan Liar Washington.

Ini adalah untuk pertama kalinya vertebrata hidup ditemukan di antara serpihan tsunami.

Penemuan ikan
Saat tsunami menyerang Jepang pada Maret 2011, ada 5 juta ton sampah yang terseret ke Samudera Pasifik. Angka ini diperoleh berdasarkan perkiraan pemerintah Jepang. Sebagian besar langsung tenggelam ke dasar laut, tapi kira-kira ada 1,5 juta ton yang mengambang di garis pantai Jepang.

Tak ada yang tahu pasti berapa sampah yang terbawa menjauh, tapi potongan sampah tsunami muncul di pesisir Alaska, British Columbia, dan sepanjang Pantai Barat AS serta kepulauan Hawaii. Beberapa benda yang muncul ini berpotensi menyimpan spesies yang 'menjajah' ekosistem barunya, terutama dua dok yang lepas dan muncul di Washington dan Oregon.

Namun dok-dok tersebut menyimpan tumbuhan dan invertebrata seperti bekicot laut dan teritip karang. Ikan, apalagi yang hidup, jarang ditemukan. Ikan temuan ini berada di kompartemen belakang sebuah perahu fiberglass kecil bernama Saisho-Maru yang ditemukan pada 22 Maret dekat Long Beach, Washington.

Pemerintah Jepang belum mengonfirmasi bahwa perahu kecil ini hilang saat tsunami, tapi nomor registrasinya berasal dari kawasan yang terhantam ombak, kata Pleus pada LiveScience. Perahu itu setengah terbenam dengan bagian belakangnya beberapa puluh cm berada di bawah permukaan laut, dan kompartemennya menjadi gua kecil tempat ikan bisa bersembunyi, tambah Pleus.

Perahu itu juga menyimpan alga, kepiting, cacing laut, timun laut (yang juga tak pernah ditemukan di benda-benda hanyut lain, kata Pleus), kerang biru, dan scallop. Semuanya adalah ekosistem mini yang sempurna untuk ikan yang terbawa jauh ini.

"Dalam hal ikan ini, kondisi airnya tepat dan perahunya mendarat dengan tepat dan terbawa ke pinggir pantai," kata Pleus. "Artinya di dalam seperti ada akuarium dengan 75-113 liter air di bagian belakang perahu."

Penduduk lokal yang menemukan kapal itu dan mengambil salah satu ikan langsung membawanya ke Balai Kota Long Beach. Pejabat kota langsung menghubungi ahli biologi di Dinas Perikanan dan Hewan Liar Washington, yang mengeuthanasia ikan-ikan tersebut untuk diteliti. Ikan penyintas yang tersisa disimpan di balai kota sampai manajer Seaside Aquariaum, Keith Chandler, dipanggil.

Ikan sepanjang 12 cm itu "disimpan di dalam ember di kantor mereka, dan mereka tak tahu harus diapakan," kata Chandler pada LiveScience.

Chandler mengidentifikasi ikan itu sebagai Oplegnathus fasciatus atau ikan paruh bergaris yang hidup di karang-karang Jepang dan jarang ditemukan di perairan tropis lainnya.


Ancaman spesies asing
Ikan yang masih hidup ini sekarang hidup di tangki karantina di Seaside Aquarium, dan staf sedang mencoba memberi makan ikan tersebut, kata Chandler. Ia berharap bisa menampilkan ikan tersebut atas izin dari Dinas Perikanan dan Hewan Liar Oregon.

"Kami mencoba memberi makan beberapa hal berbeda," kata dia.

Sisanya dikirim ke Oregon State University, tempat para ahli biologi menganalisis tulang telinga mereka untuk menentukan usia serta isi perut dan status reproduksi.

"Status reproduksi dan usia bisa membantu menentukan apakah mereka langsung datang dari Jepang hampir 2 tahun lalu atau mungkin datang dari Hawaii," kata Pleus.

Bahkan jika mereka datang dari Hawaii pun, ikan-ikan ini selamat mengarungi perjalanan sejauh 4828 km.

Jika mereka keluar dari perahu kecil, ikan-ikan ini tak mungkin bisa selamat di perairan dingin Washingtn dan Oregon, kata Pleus. Apabila perahu ini terdampar lebih ke selatan, mungkin saja ikan-ikan ini bisa hidup nyaman.

Penemuan ikan ini akan mengubah cara ahli biologi berpikir soal serangan spesies asing akibat sampah tsunami Jepang, kata Pleus. Awalnya, para ilmuwan berasumsi tak ada spesies yang bisa selamat setelah mengarungi perjalanan sejauh 8047 km di Samudera Pasifik. Saat dok penuh kehidupan laut terdampar di washington dan Oregon, para ahli ini menyadari kesalahan mereka.

Namun para peneliti masih berpikir bahwa suatu objek harus sudah berada di perairan dan memiliki ekosistem sebelum terjadi tsunami agar bisa tetap hidup. Perahu dan ekosistem mini di dalamnya menunjukkan bahwa teori mereka salah, kata Pleus.

"Banyak dari spesies ini yang menempel sesudah tsunami, saat mereka berada di perairan Jepang," kata dia. "Ada banyak larvae yang mengambang dan mencari sesuatu yang kuat untuk berpegangan."

Pada akhirnya, peneliti percaya bahwa hanya objek-objek besar, termasuk dok, yang bisa mendukung sistem kehidupan dan koloni yang sehaat, ujar Pleus. Perahu kecil ini lagi-lagi menjatuhkan teori tersebut.

"Anda mendapat dok-dok besar seperti Bahtera Nuh yang datang bersamaan dengan koleksi spesies, dan mereka jadi ancaman," kata dia. "Tapi saat Anda melihat sampah-sampah kecil dengan organisme yang lebih sedikit, dan saat Anda membayangkannya, ini bisa jadi ancaman yang sama bahkan lebih besar dari objek-objek besar yang datang ke pesisir."

0 comments:

Post a Comment